Jumat, 13 April 2012

konsep teori pembelajaran classical conditioning dalam pembelajaran PAI


A.    Konsep Teori Belajar Classical Conditioning

Teori belajar classical conditioning adalah teori pengkondisian atau persyaratan klasik yaitu sebuah prosedur penciptaan reflek baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya reflek tersebut. Teori ini  juga dikenal dengan nama pavlovianisme. nama ini diberikan berdasarkan nama peletak dasar aliran ini yaitu Ivan Petrovitch Pavlov (1849- 1936). Pavlov lahir pada 14 september 1849 di Rusia, ayahnya adalah seorang pendeta bernama Peter Dmitrievich Pavlov. Sebenarnya orang tuanya mengiginkan Pavlov untuk menjadi penerus ayahnya, tetapi ia memelih jalannya sendiri dengan belajar ilmu kedokteran dan mengambil spesialis dalam bidang fisiologi.
Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada Institute of experimental medicine. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel dalam bidang fisiologi pada tahun behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work Of Digestive Glands (1902). Dan Conditioned Reflexes (1927). Sejak tahun 1902 telah mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian ini dengan mempergunakan anjing sebagai subjeknya.
Adapun penelitiannya yang dilakukannya adalah dengan mengoperasi kelenjar ludah anjing sehinnga memungkinkan untuk mengukur dengan teliti air liur yang keluar sebagai respon. Setelah percobaan diulang berkali-kali, maka ternyata air liur telah keluar sebelum makanan sampai kemulutnya, yaitu:
a.       Pada waktu melihat piring makanan.
b.      Pada waktu melihat orang yang biasa memberi makanan.
c.       Pada waktu mendengar langkah orang yang memberi makanan.
Jadi makanan disini merupakan perangsang (stimulus) yang sewajarnya bagi reflek keluarnya air liur, sedangkan piring, orang, dan suara langkah merupakan stimulus yang bukan sewajarnya. Terhadap percobaan ini Pavlov mengambil kesimpulan bahwa signal dapat memainkan peranan yang sangat penting dalam adaptasi hewan terhadap sekitarnya. Reaksi mengeluarkan air liur karena mengamati pertanda disebut dengan istilah reflek bersyarat atau conditioned reflek (CR), pertanda atau signal disebut perangsang bersyarat atau conditioned stimulus (CS), makanan dsebut perangsang tak bersyarat atau Unconditioned stimulus (US), sendangkan keluarnya air liur karena makanan disebut reflek tak bersyarat atau unconditioned reflek  (UR).
Eksperimen ini kemudian diulang-ulang dengan berbagai variasi, namun dapat disimpulkan bahwa:
·         Anjing dibiarkan lapar, setelah itu bel dibunyikan, anjing mendengar benar-benar bunyi bel tersebut. Setelah 30 detik, makanan diberikan dan terjadilah reflek keluar air liur.
·         Percobaan tersebut diulang-ulang berkali-kali dengan jarak waktu 15.
·         Setelah diulang 32 kali, ternyata bunyi bel saja (± 30 detik) telah dapat menyebabkan keluarnya air liur dan ini bertambah deras kalau makanan diberikan.
Dari eksperimen ini diketahui bahwa:
·         Bel merupakan CS, dan makanan merupakan US.
·         Keluarnya air liur karena bel merupakan CS.
·         Makanan atau perangsang wajar (US) disebut juga reinforcer atau penguat, karena memperkuat reflek bersyararat dan menimbulkan respon yang lebih kuat.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan diketahui bahwa, daging yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi bunyi bel bel sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika bel dibunyikan, ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
B.     Kelebihan dan Kelemahan Teori Classical Conditioning.
Dalam penerapan sebuah teori memang selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Adapun kelebihan teori pembiasaan atau classical conditioning ini adalah:
1.         Mementingkan pengaruh lingkungan, bagian-bagian, peranan reaksi, mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar.
2.         Mementingkan pembentukan kebiasaan dalam pemecahan masalah.
3.         Memberi pengaruh siswa dalam belajar, karena pendidik memberi stimulus sedangkan siswa akan lebih termotivasi dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.
4.         terdapat stimulus tertentu yang mampu menggugah semangat siswa yang semula rendah.
5.         Jika siswa sudah terbiasa melakukan perbuatan yang telah terkondisikan dengan ilmunya secara kontinyu maka ia dapat dikatakan berhasil dalam belajarnya.
6.         Memberikan cirri perubahan dalam belajar, jika ada suatu tanda signal.
Adapun kelemahan dari teori pembiasaan classical conditioning adalah:
1.      Sistem pembelajaran bersifat mekanis.
2.      Pembelajaran bersifat teacher centered.
3.      Siswa menjadi pasif.
4.      Hanya merupakan materi.
5.      Percobaan dalam laboratium, berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.
6.      pribadi seseorang dapat mempengaruhi hasil belajar.
7.      Respon mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal.
8.      Teori ini sangat sederhana dan tidak memuaskan untuk menjelaskan segala seluk beluk dalam belajar yang sangat komplek dan tidak dapat diamati dalam satu perspektif saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar